19 Agustus 2022
MERTI BUMI DESA TERUNG
Terung, 19 Agustus 2022
Sejarah babat kawitan desa Terung tidak bisa terpisahkan dari Kerajaaan mojopait. Seperti dikisahkan oleh Bapak Sarni selaku pemangku adat di Desa Terung mengisahkan sejarah babat Desa Terung sebagai berikut:
“ Sejarah Desa Terung berhubungan erat dengan Mojopait. Adipati Terung yakni Raden Kusenmenjadi senopati Majapahit pada tahun 1478. Selanjutnya Adipati Terung diberikan tugas oleh Raja Mojopait untuk mencari Pangeran Gugur. Seperti diketahui bahwa pangeran Gugur adalah calon raja Mojopait yang pergi meninggalkan kerajaan untuk menimba ilmu kanuragan di Gunung Sidoramping. Hingga kemudian pangeran Gugur berganti nama menjadi Begawan Ongkowijoyo.
Selang beberapa waktu kemudian Adipati Terung kembali diberikan tugas oleh Raja Mojopait untuk mencari keberadaan Empu Subo Sepoh. Dalam pencarian nya tersebut Adipati Terung berhasil menemukan Empu Subo Sepoh di daerah Plumpung. Namun usaha Adipati Terung dalam mengemban tugas dari Raja Mojopait ini menemui kegagalan dimana Empu Subo Sepoh tidak bersedia diajak pulang ke Mojopait karena pekerjaan nya belum terselesaikan.
Kemudian Adipati Terung pun memutuskan untuk tidak kembali ke kerajaan karena merasa gagal mengemban tugas dari Raja Mojopait untuk membawa pulang Empu Subo Sepoh. Adipati Terung pun kemudian menetap di lereng Gunung Lawu sebelah timur tepatnya di dusun Terung Kulon sampai dengan tutup usia. “
Dan Berikut adalah doa pager desa Terung yang dipimpin oleh Bapak Sarni selaku pemangku adat di Desa Terung:
“ Di dalam surat jawa kuno istilah Pitrekaryo yang artinya memiliki hajat memberikan sesaji kepada arwah para leluhur. Merti Dusun dari zaman dahulu ada kaitan erat dengan tata cara pemberian sesaji kepada para roh pendiri desa serta para penguasa dusun majupat maju limo perlu untuk dimintai berkah agar mau memberi pertolongan kepada anak cucu yang tinggal di Desa Terung jangan sampai mendapat pengaruh buruk dari arwah yang ingin mengganggu manusia. Arwah jahat tersebut dikenal dengan sebutan para Butokolo, sedangkan arwah para leluhur desa tergolong pada arwah para pandowo.
Panggang ayam dan ingkung merupakan lambang perilaku bapak dan ibu serta lambang pengorbanan selama hidup bersama. Inti dari lambang tersebut adalah agar kita selalu memiliki rasa kasih saying terhadap sesama manusia utamanya kepada keluarga, serta memiliki rasa menerima dan tulus ikhlas dalam menjalani kehidupan.
Polopendem, pologemandul, polo kasimpar kesandung merupakan lambang kenyataan keadaan yang dialami manusia, yang muncul dalam pikiran, nala, akal, serta cara merasa, agar kita berperilaku dan bertindak tergesa-gesa namun terlebih dahulu harus dirasa dan dipikirkan dengan pikiran yang jernih, dapat menempatkan diri dan selalu menebar kebahagiaan terhadap sesama manusia. Jangan sampai meninggalkan watak kepribadian kita sendiri, jangan sampai pribadi yang ibarat pepatah terlempar, tersandung, labil berpijak dan sedapat mungkin memulyakan orang tua kita.
Demikian doa pager desa yang disampaikan oleh pemangku adat Desa Terung dengan harapan agar setahun kedepan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa Terung diberikan kemudahan, kelancaran dalam menjalankan segala peran nya masing-masing sehingga nantinya terwujud Desa Terung yang sejahtera, tenteram, maju dan dapat bersanding dengan desa lain nya. (Red/BC)